Perkembangan teknologi informasi semakin maju bagi kebutuhan manusia yang hidup pada masa sekarang ini, yaitu kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi tuntutan bagi setiap manusia, bahkan sama pentingnya dengan kebutuhan dasar atau pokok. Salah satu wujud dari perkembangan teknologi komunikasi adalah munculnya beraneka ragam media massa dan alat komunikasi yang canggih.
Keberadaan teknologi yang semakin canggih, dan alat-alat elektornik yang semakin modern menjadikan interaksi antar manusia mengalami berbagai kemudahan yang dapat dikatakan sebagai zaman komunikasi massa. Sehingga penyaluran informasi dan penyampaian pesan tidak lagi dilakukan secara langsung.
Semua pesan yang dulunya disamapaikan kepada sipenerima memerlukan waktu beberapa hari, tapi sekarang hanyalah dalam hitungan beberapa menit bahkan detik. Hal seperti inilah yang menjadikan betapa mudahnya mengirim pesan yang ingin kita samapikan karena teknologi komunikasi tersebut. Salah satu contoh alat teknologi komunikasi yang terjangkau harganya dan mudah digunakan adalah Hand Phone (HP). Namun teknologi - teknologi komunikasi tersebut dapat digunakan apabila para pengguna atau konsumen dapat mengoperasikan alat tersebut dengan baik dan benar.
Bahkan negara Eropa sudah menerapkan suatu ruang pertemuan virtual, maksudnya apabilah suatu perusahaan ingin mengadakan meeting maka mereka tidak harus dikantor saling tatap muka akan tetapi mereka hanya memerlukan satu buah PC atau laptop dan webcam yang tersambung keinternet. Betapa pesatnya perkembangan teknologi informasi yang ada diunia ini, kemungikinan besar 20 – 30 tahun yang akan datang sudah minim bahkan tidak ada lagi perkantoran yang bertingkat dikarenakan kemudahan dalam berkomunikasi dengan menggunakan teknologi informasi tersebut. Itulah gambaran dari teknologi informasi yang sedang melaju pesat dizaman sekarang ini
Daerah Kalimantan Selatan yang dijuluki kota seribu sungai memiliki berbagai macam budaya kesenian daerah. Tradisi kebudayaan ini diwarisi secara turun menurun oleh para masyarakat tersebut. Kesenian daerah Kalimantan Selatan ini salah satunya adalah Madihin :
Madihin
Madihin berasal dari kata madah dalam bahasa Arab artinya nasihat, tapi bisa juga berarti pujian. Puisi rakyat anonim bergenre Madihin ini cuma ada di kalangan etnis Banjar di Kalsel saja. Sehubungan dengan itu, definisi Madihin dengan sendirinya tidak dapat dirumuskan dengan cara mengadopsinya dari khasanah di luar folklor Banjar.
Jadi pada dasarnya Madihin bisa rumuskan sebagai berikut : puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanah folklor Banjar di Kalsel.
Bentuk fisik
Madihin merupakan pengembangan lebih lanjut dari pantun berkait. Setiap barisnya dibentuk dengan jumlah kata minimal 4 buah. Jumlah baris dalam satu baitnya minimal 4 baris. Semua baris dalam setiap baitnya berstatus isi (tidak ada yang berstatus sampiran sebagaimana halnya dalam pantun Banjar) dan semua baitnya saling berkaitan secara tematis.
Madihin merupakan genre/jenis puisi rakyat anonim berbahasa Banjar yang bertipe hiburan. Madihin dituturkan di depan publik dengan cara dihapalkan (tidak boleh membaca teks) oleh 1 orang, 2 orang, atau 4 orang seniman Madihin (bahasa Banjar Pamadihinan). Penuturan Madihin (bahasa Banjar : Bamadihinan) sudah ada sejak masuknya agama Islam ke wilayah Kerajaan Banjar pada tahun 1526.
Status Sosial dan Sistem Mata Pencaharian Pamadihinan
Madihin dituturkan sebagai hiburan rakyat untuk memeriahkan malam hiburan rakyat (bahasa Banjar Bakarasmin) yang digelar dalam rangka memperintai hari-hari besar kenegaraan, kedaerahan, keagamaan, kampanye partai politik, khitanan, menghibur tamu agung, menyambut kelahiran anak, pasar malam, penyuluhan, perkawinan, pesta adat, pesta panen, saprah amal, upacara tolak bala, dan upacara adat membayar hajat (kaul, atau nazar).
Orang yang menekuni profesi sebagai seniman penutur Madihin disebut Pamadihinan. Pamadihinan merupakan seniman penghibur rakyat yang bekerja mencari nafkah secara mandiri, baik secara perorangan maupun secara berkelompok.
Setidak-tidaknya ada 6 kriteria profesional yang harus dipenuhi oleh seorang Pamadihinan, yakni : (1) terampil dalam hal mengolah kata sesuai dengan tuntutan struktur bentuk fisik Madihin yang sudah dibakukan secara sterotipe, (2) terampil dalam hal mengolah tema dan amanat (bentuk mental) Madihin yang dituturkannya, (3) terampil dalam hal olah vokal ketika menuturkan Madihin secara hapalan (tanpa teks) di depan publik, (4) terampil dalam hal mengolah lagu ketika menuturkan Madihin, (5) terampil dalam hal mengolah musik penggiring penuturan Madihin (menabuh gendang Madihin), dan (6) terampil dalam hal mengatur keserasian penampilan ketika menuturkan Madihin di depan publik.
Tradisi Bamadihinan masih tetap lestari hingga sekarang ini. Selain dipertunjukkan secara langsung di hadapan publik, Madihin juga disiarkan melalui stasiun radio swasta yang ada di berbagai kota besar di Kalsel. Hampir semua stasiun radio swasta menyiarkan Madihin satu kali dalam seminggu, bahkan ada yang setiap hari. Situasinya menjadi semakin bertambah semarak saja karena dalam satu tahun diselenggarakan beberapa kali lomba Madihin di tingkat kota, kabupaten, dan provinsi dengan hadiah uang bernilai jutaan rupiah.
Para Pamadihinan yang menekuni pekerjaan ini secara profesional dapat hidup mapan. Permintaan untuk tampil di depan publik relatif tinggi frekwensinya dan honor yang mereka terima dari para penanggap cukup besar, yakni antara 500 ribu sampai 1 juta rupiah. Beberapa orang di antaranya bahkan mendapat rezeki nomplok yang cukup besar karena ada sejumlah perusahaan kaset, VCD, dan DVD di kotaBanjarmasin yang tertarik untuk menerbitkan rekaman Madihin mereka. Hasil penjualan kaset, VCD, dan DVD tersebut ternyata sangatlah besar.
Di zaman dulu, ketika etnis Banjar di Kalsel masih belum begitu akrab dengan sistem ekonomi uang, imbalan jasa bagi seorang Pamadihinan diberikan dalam bentuk natura (bahasa Banjar : Pinduduk). Pinduduk terdiri dari sebilah jarum dan segumpal benang, selain itu juga berupa barang-barang hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
Sejarah Madihin
Pamadihinan termasuk profesi yang lekat dengan dunia mistik, karena para pengemban profesinya harus melengkapi dirinya dengan tunjangan kekuatan supranatural yang disebut Pulung. Pulung ini konon diberikan oleh seorang tokoh gaib yang tidak kasat mata yang mereka sapa dengan sebutan hormat Datu Madihin.
Pulung difungsikan sebagai kekuatan supranatural yang dapat memperkuat atau mempertajam kemampuan kreatif seorang Pamadihinan. Berkat tunjangan Pulung inilah seorang Pamadihinan akan dapat mengembangkan bakat alam dan kemampuan intelektualitas kesenimanannya hingga ke tingkat yang paling kreatif (mumpuni). Faktor Pulung inilah yang membuat tidak semua orang Banjar di Kalsel dapat menekuni profesi sebagai Pamadihinan, karena Pulung hanya diberikan oleh Datu Madihin kepada para Pamadihinan yang secara genetika masih mempunyai hubungan darah dengannya (hubungan nepotisme).
Datu Madihin yang menjadi sumber asal-usul Pulung diyakini sebagai seorang tokoh mistis yang bersemayam di Alam Banjuran Purwa Sari, alam pantheon yang tidak kasat mata, tempat tinggal para dewa kesenian rakyat dalam konsep kosmologi tradisonal etnis Banjar di Kalsel. Datu Madihin diyakini sebagai orang pertama yang secara geneologis menjadi cikal bakal keberadaan Madihin di kalangan etnis Banjar di Kalsel.
Menurut cerita orang dulu, Pulung harus diperbarui setiap tahun sekali, jika tidak, tuah magisnya akan hilang tak berbekas. Proses pembaruan Pulung dilakukan dalam sebuah ritual adat yang disebut Aruh Madihin. Aruh Madihin dilakukan pada setiap bulan Rabiul Awal atau Zulhijah. Datu Madihin diundang dengan cara membakar dupa dan memberinya sajen berupa nasi ketan, gula kelapa, 3 biji telur ayam kampung, dan minyak likat baboreh. Jika Datu Madihin berkenan memenuhi undangan, maka Pamadihinan yang mengundangnya akan kesurupan selama beberapa saat. Pada saat kesurupan, Pamadihinan yang bersangkutan akan menuturkan syair-syair Madihin yang diajarkan secara gaib oleh Datu Madihin yang menyurupinya ketika itu. Sebaliknya, jika Pamadihinan yang bersangkutan tidak kunjung kesurupan sampai dupa yang dibakarnya habis semua, maka hal itu merupakan pertanda mandatnya sebagai Pamadihinan telah dicabut oleh Datu Madihin. Tidak ada pilihan bagi Pamadihinan yang bersangkutan, kecuali mundur teratur secara sukarela dari panggung pertunjukan Madihin
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Elvinaro Adrianto,dkk,2007:3), adalah: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.
Dalam bukunya Elvinaro Ardianto, dkk “Komunikasi Massa Suatu Pengantar”dijelaskan tentang Definisi komunikasi massa yang lebih terperinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of massaged in industrial societies”.(Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam msayarakat industri.
Kopi tidak hanya sekedar bahan minuman tapi juga dapat digunakan menjadi bahan perawatan kecantikan. Dibuktikan dengan menjamurnya salon dan spa yang menyediakan fasilitas lulur kopi. Disamping itu, lulur kopi lebih maksimal apabila dicampur dengan teh karena mengandung zat sejenis antiseptic yang bisa membunuh bakteri-bakteri yang mengganggu.
Bagi yang sibuk dan tidak ada waktu untuk pergi ke salon tidak ada salahnya untuk mencoba lulur kopi ini dirumah. Karena lulur jenis ini lebih mudah diolah ketimbang lulur dari bahan lain; seperti alpukat, ketan hitam, dll.
Bahan dan cara membuatnya juga cukup mudah. Pertama, bahan yang diperlukan antara lain:
• Bubuk kopi
• Teh tubruk
• Baby oil atau minyak zaitun
• Body lotion
Cara membuat dan pemakaian :
1. Siapkan wadah tempat lulur kopi
2. Masukkan kopi ke dalam wadah sesuai keperluan.
3. Buatlah segelas air teh tawar yang pekat
4. seperti lulur biasa yang dicampur air putih. Maka jadikan air teh tersebut sebagai air pengencer kopi. (catatan : jangan terlalu kering dan jangan juga terlalu cair).
5. Campurkan merata kopi dengan air teh. Jika menginginkan variasi, bisa campurkan daun teh (ampas teh) ke dalam lulur kopi.
6. Lulur kopi campur daun teh telah siap digunakan.
7. Sebelum melumuri kulit dengan lulur kopi, olesi terlebih dahulu kulit kita dengan baby oil atau minyak zaitun atau jika tidak ada bisa memakai air biasa, supaya kulit tidak iritasi saat menggosokkan lulur.
8. Diamkan beberapa menit hingga setengah kering.
9. Setelah setengah kering, bilas dengan air biasa.
10. Kemudian bersihkan dengan sabun (sebaiknya sabun cair yang mengandung susu atau ekstrak bengkoang atau yang memiliki wangi aromatherapy sehingga bisa lebih relaks).
11. Bersihkan kulit sampai tidak ada sisa lulur kopi lagi.
13. Setelah kulit kering, oleskan lotion untuk kulit lebih lembut.
Setelah saya mengerjakan tugas skripsi, maka ada beberapa teori yang saya masukkan kedalam skripsi saya, yaitu tentang teori komposisi audience, mau tau ulasan tentang teori tersebut? Silahkan dibaca ulasan di bawah ini....SELAMAT MEMBACA...
Uraian tentang audiens telah merupakan tugas abadi dari penelitian audiens dan pasar serta merupakan hasil tambahan dari hampir semua studi penggunaan dan dampak media. Lebih banyak data yang lain, namun data itu kurang bernilai untuk memahami proses komunikasi massa. Hampir seluruh perangkat data seperti itu berbatas ruang dan waktu. Meskipun dapat menyingkap pengaruh sejumlah kecil faktor dasar terhadap ukuran dan komposisi audiens media. Dua faktor yang paling bisa berulang berkaitan dengan golongan usia dan sosial (atau penghasilan dan pendidikan), karena kedua faktor itu menentukan ketersediaan waktu luang dan dana untuk menggunakan media. Usia mempengaruhi ketersediaan dan pilihan isi. Dengan demikian, anak – anak terbatas pada media yang pemilihannya dilakukan oleh orang tua. Pada saat kita beranjak dewasa dan memiliki kebebasan lebih besar, kita melakukan pilihan yang lebih mandiri dan beranjak keluar rumah, yang menimbulkan pola pendengar radio dan penonton bioskop. Pada saat kita memiliki tanggung jawab keluarga dan pekerjaan sendiri, kita kembali dalam lingkungan domestik tetapi dengan minat yang berbeda dengan menyediakan waktu lebih banyak untuk membaca surat kabar dan informasi umumnya. Dengan lebih banyaknya pengahasilan yang dapat dihemat setelah anak – anak beranjak dewasa, konsumsi media semakin beragam dan selanjutnya pada saat kita memasuki usia lanjut, kita kembali pada media yang lebih domestik (televisi dan buku) dan pilihan isi yang lebih ‘serius’. Posisi kelas sosial yang diwakili oleh penghasilan, mengatur pola pengunaan media dan, di dalam pola ini, pengasilan yang lebih tinggi cenderung menyisihkan tempat televisi karena pilihan kesenagan nonmedia yang lebih luas. Pendidikan dan tanggung jawa pekerjaan profesional yang lebih tinggi dapat juga mengakibatkan piliha isi yang berbeda – yaitu isi yang lebih infomasional atau isi yang lebih didukung oleh nilai – nilai pendidikan dan budaya yang dominan.
Temuan seperti itu dan temuan lain, yang tidak begitu konsisten, yang berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin dan lokalitas membantu menguraikan dan memperkirakan keseluruhan bentuk audiens dan berbagai faktor yang mendasarinya tidak sukar dikenali. Akan tetapi, terdapat penjelasan yang berbeda – beda tentang bentukan audiens dan pola spesifik atau khas yang ditemukan dan pengkajian berbagai teori atau bagian teori yang telah dikembangkan sesuai dengan tujuan bab ini. Teori yang akan diuraikan kemudian tidak seluruhnya berdiri sendiri dan berbeda – beda kelengkapan dan kerinciannya. Semua teori itu dapat dipilah menjadi tiga kelompok utama, yang mencerminkan dan menekankan : pasok media sebagai faktor penentu, kondisi distribusi dan kemungkinan penerimaan atau tuntutan audiens.(Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, 218-219)
Dari teori yang dipaparkan diatas maka audiens berhak memilih media mana yang mereka gunakan untuk kebutuhan informasi, sebagai gambaran kehidupan sehari – sehari. Dengan dibedakannya komposisi audiens maka ada porsi tertentu juga dari tingkatan sosial (umur dan materi), bahkan pendidikan untuk mengkonsumsi informasi yang ada di media massa.